Pati, Kota Paranormal ???
Pati, adalah salah satu kabupaten di Jawa Tengah, yang berbatasan dengan
Laut Jawa di utara, Kabupaten Rembang di timur, Kabupaten Blora dan Kabupaten
Grobogan di selatan, serta Kabupaten Kudus dan Kabupaten Jepara di barat.
Banyak orang menyebut kota Pati sebagai kota paranormal. Hal ini
dikarenakan ada yang berpandangan bahwa di kabupaten pati-lah banyak orang
pintar alias paranormal. Seperti contoh Bos Eddy (Guru Besar Paguyuban
Paranormal Indonesia), Mbah Roso (Sang Pangeran Pengasih), Jeng Asih (Ratu
susuk Indonesia), Dewi Sedap Malam, David Gombak, Mbah Yitno. Semua nama diatas
“katanya” mempunyai kemmpuan lebih yang tidak dimiliki orang pada umumnya.
Entah bagaimana kebenarannya? karena setiap orang mempunyai paradigma yang
berbeda mengenai hal-hal mistik seperti itu, ada yang percaya namun juga ada
yang tidak.
Memang sebagian warga Pati mengakui bahwa tak sedikit orang-orang yang tahu
akan keberadaan orang-orang pintar (paranormal), terutama yang tinggal di
daerah perdesaan. Karena orang berpendapat bahwa dunia pedukunan yang ada di
wilayah Pati umurnya setua peradaban di bumi nusantara ini. Banyak orang
mencari jalan pintas untuk memecahkan masalah yang dihadapinya dengan mencari
dan mendatangi orang pintar tersebut. Mungkin mereka terpaksa menggunakan jasa
dukun karena kesulitan tehadap masalah yang sedang menimpanya, seperti masalh ekonomi,
jodoh, pemasangan susuk, dan lain-lain.
Namun terlepas dari semua itu, kota Pati tak selamanya disebut kota
paranormal. Banyak hal positif yang bisa diambil dan dirasakan dari kota yang
mempunyai semboyan “Pati Bumi Mina Tani” yang merupakan kepanjangan dari ” Pati
Berdaya Upaya Menuju Identitas Pati yang Makmur Ideal Normatif Tertib Nyaman
dan Indah”, yakni di Pati juga banyak “orang pintar”, namun “orang pintar”
yang dimaksud bukanlah paranormal, melainkan Kyai atau Ulama’ yang mempunyai karomah
tau keistimewaan dari Allah, sehingga banyak orang yang datang kepadanya dengan
tujuan untuk dimintakan do’a kepada Allah dari segala macam Bala’ dan cobaan
hidup, karena mereka menganggap bahwa do’a yang di panjatkan oleh pra kekasih
Allah tersebut lebih mustajab dan cepat dikaulkan oleh Allah.
Hal lain yang bisa menunjukkan sisi keindahan dari kota Pati antara lain
melalui wisata-wisatanya. Baik dari wisata Religi, alam, sejarah, dan
lain-lain. Wisata Alam di kota Pati antara lain seperti: Air tejun Santi di
Wining, Air rejun Grenjengan di desa Jrahi, Ait terjun Tadah Hujan di Sukolilo,
Gua Pancur dan Gua Wareh di Kayen, Waduk Gunung Rowo di Desa
Sitiluhur, dan Waduk Seloromo di Gembong
Dari sisi sejarahnya, Pati merupakan bagian dari kerajaan Majapahit, hal
ini terbukti sesuai yang terdapat dari Kitab Babad Pati, yang disusun oleh
K.M. Sosrosumarto dan S.Dibyasudira, diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia, 1980. Halaman 34, yang intinya menjelaskan
bahwa tidak lama setelah kerajaan padjajaran kalah, kerajaan Tanah Jawa lalu
pindah ke Majapahit. Dan waktu itu Kyai Ageng Pati yang bernama Tambranegara
ikut serta menghadiri dalam pisowanan agung di Majapahit. Pisowanan Agung yang
dihadiri oleh Tambranegara tersebut terjadi pada tanggal 7 Agustus 1323, yang
menyebutkan pindahnya Kadipaten Pesantenan dari Desa Kemiri ke Desa Kaborongan
yang akhirnya menjadi kabupaten Pati dan tanggal tersebut di tetapkan menjadi
hari lahirnya Kota Pati.
Selain itu, di Pati juga ada wisata religinya yakni makam-makam para ulama’
besar seperti Makam Mbah Ahmad Mutamakkin dari Kajen yang pernah di kunjungi
oleh presiden RI Alm. Gusdur, namun pada waktu itu Gusdur tidak jadi masuk ke
makam beliau, karena Gusdur berkata bahwa yang punya rumah (Makam Mbah Ahmad
Mutamakkin) sedang tidak ada di tempat. Ntah apa yang di maksudkan Gusdur pada
waktu itu, mungkin itu salah satu keistimewaan dari Ulama’ sekelas Gusdur dan
juga Syekh Ahmad Mutamakkin yang merupakan para kekasih Allah. Selain Makam
Mbah Ahmad Mutamakkin, juga ada Makam Syekh Ronggo Kusumo di Ngemplak,
Makam Saridin (Syekh Jangkung), dan Ulama’ dari Pati yang sekarang masih
hidup yakni K.H. Sahal Mahfudh yang menjadi ketua Rais ‘Aam PBNU (1999-sekarang)
dan Ketua MUI (2000-sekarang). Jadi Pati tak selamanya mendapat gelar
kota paranormal, karena lebih tepatnya Pati mendapat gelar sebagai kota para
Ulama’.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar